Sabtu, 16 Oktober 2010

Hasil Pengembaraan Liar 20 Tahun

istimewa 
Dibaca : 220 kali | Komentar: 0
Selama 20 tahun Suhada memilih hidup mengembara di hutan-hutan lebat Bangka- Belitung dan Sumatera. Hasilnya ialah berbagai jenis madu asli dan langka di dunia.
Pada awalnya aksi pengembaraannya di hutan-hutan lebat dipicu oleh pengalaman nyata yang dihadapinya di dunia usaha, yakni penjualan madu. Dia merasa tertipu karena memperoleh madu yang dinilainya bukan madu asli dari lebah liar di hutan. Pengalaman itu memberikan motivasi untuk mencari sendiri madu asli dari hutan.

Namun sebelum hidup sebagai pengembara dia mencari lebih dulu inspirasi dan rujukan yang tepat. Pergaulannya yang erat dengan pujangga yang lebih dikenal sebagai dramawan dan budayawan, WS Rendra, dan para anggota komunitas Bengkel Teater membawanya ke suasana teknun membaca Al Quran dan berbagai literatur lain.

Dari Al Quran dia menemukan pengetahuan bahwa lebah merupakan salah satu hewan ciptaan Allah yang sangat khas dan bermanfaat. Bahkan terdapat surat khusus di Al Quran tentang lebah yaitu Surat An-Nahl (Surat ke-16). Di antaranya berbunyi, “... Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan” (QS An-Nahl [16] : 69).
Suhada juga menemukan sejumlah kisah tentang lebah dan madu dari berbagai buku.

Dalam perjalanannya, intensitas Suhada berburu madu asli bersama komunitas lokal berkembang menjadi laku pengembaraan sebagai bagian dari perjalanan mencari makna hidup melalui alam. Lalu apa hasilnya? Suhada menemukan madu asli atau madu hutan liar yang sangat bermanfaat bagi manusia.

Hasil lainnya dia merasa akrab dengan pepohonan dan alam pada umumnya. Hutan dan alam pun takambang jadi guru. Pria ini juga akrab dengan komunitas lokal yang masih akrab dengan alam dan mengusai berbagai informasi dan pengetahuan otentik tentang madu, lebah, pepohonan, hutan, alam serta kearifan komunitas lokal.
"Lebih dari itu kepekaan kita juga terasah. Bahkan pada titik tertentu pengembaraan yang intensif melatih kita mampu berkomunikasi dengan pepohonan, dengan alam. Kita bisa mendengar rintihan atau kegembiraan mereka. Kita memahami kehendak alam. Ujungnya kita semakin memahami kehendak Allah SWT, Sang maha Pencipta," kata Suhada dalam sebuah perbincangan dengan Warta Kota dalam suatu acara pameran di Balai Kartini, Jalan Gatot Soebroto, Kamis (30/9)
Pengembaraan yang intens di alam, juga membawa perenungan tentang pentingnya penjagaan kekayaan alam Indonesia. Hal itu dikemukakan ketika banyak hutan dan kekayaan alam ternilai menghadapi ancaman akibat aksi eksploitasi tak terkendali oleh para pengeruk keuntungan ekonomis sesaat yang berdampak buruk bagi kehidupan.
Madu hasil pengembaraannya itu kemudian diteliti dan diolah menjadi berbagai jenis produk madu asli. Bahkan Suhada juga menemukan madu pahit Pelawan yang diyakini sebagai satu-satunya jenis madu yang ada di dunia..
Dari Bandung ke Jakarta

Usaha penjualan madu asli, yang dinamainya Madu Hutan Liar Suhada - Badariah, dimulai di Bandung. Usaha itu dirintis pada tahun 1990-an di sekitar kawasan Dipati Ukur, Bandung.

Sebagai pemula Suhada harus menghadapi para pemain lama, terutama untuk jenis madu ternakan, baik yang dilakukan perusahaan maupun perorangan. Namun perjalanan hidup serta keyakinan pada kualitas dan khasiat produk madu hasil pengembaraannya membimbing Suhada untuk gigih berjuang. Secara perlahan produk madu langkanya mulai dikenal masyarakat, terutama kalangan pegawai, wiraswasta, mahasiswa, dan dosen.
Namun pengalaman usahanya juga memberikan wawasan akan perlunya membuka usaha di Jakarta. Sebab sebagaimana pelaku usaha lainnya, Suhada juga yakin bahwa Jakarta merupakan tempat beredarnya lebih dari 50 persen jumlah uang yang beredar di Indonesia. Dia percaya, berusaha di lokasi "sumber uang" akan memajukan usahanya.
Pada tahun 2000-an Suhada mengalihkan usahanya ke Jakarta. Namun dia sadar, selain produk madunya belum banyak dikenal orang, dia juga harus berhemat dengan modal. Oleh karena irtu dia menempuh strategi pemasaran yang dianggap efektif dan murah, yakni pemasaran dari mulut ke mulut.
Pada tahun 2003 Suhada menikah dengan Badariah, perempuan Bangka lulusan STAIN Jurusan Pendidikan Agama Islam. Pernikahan ini membawa berkah. Badariah, yang berprofesi sebagai pegawai negeri langsung terlibat secara intens dalam usaha ini.

Mengambil posisi sebagai penyeleksi sekaligus manajer Badariah mencoba membenahi manajemen usaha madu asli dan langka ini. Menyadari bahwa masyarakat Jakarta dan sekitarnya belum mengenal produk ini, mereka berdua melakukan lamgkah sosialisasi dan edukasi terlebih dahulu.

Untuk menjual produk madu langka bernama madu pahit Pelawan, misalnya keduanya melakukan sosialisasi dan edukasi tentang adanya madu yang pahit namun berkhasiat tinggi. Langkah itu mereka tempuh dengan sabar karena selama ini masyarakat hanya mengenal madu manis atau sedikit manis-asam.
Demikian pula dengan perkara aroma yang sangat keras. Meskipun diyakini sebagai satu-satunya jenis madu yang ada di dunia, aroma madu yang berasal dari bunga pohon Pelawan ini nyaris tak dikenal orang Jakarta.

Pohon Pelawan adalah salah satu jenis pohon hutam yang kayunya mengeluarkan buih dan banyak dimanfaatkan sebagai obat jerawat yang ampuh. Analaoginya kalau buihnya saja ampuh, maka madu yang merupakan sari bunganya diyakini lebih ampuh.
Langkah yang merupakan bagian dari strategi pemasaran itu disertai demo pengetesan atas produk. Kepada konsumen pasangan ini memberikan kesempatan mengonsumsi madu mereka secara rutin setiap hari berdasarkan aturan minum. Jika madunya tidak memberikan efek optimal, termasuk sembunnya penyakit, maka konsumen berhak melakukan komplain dan uang yang mereka bayarkan akan dikembalikan.
"Strategi ini efektif. Para konsumen yang telah mengonsumsi madu hutan liar kami secara teratur, mengaku puas atas produk Madu Pahit Pelawan," katanya seraya menyebutkan . sejumlah tokoh seperti WS Rendra dan Slamet Rahardjo yang telah merasakan khasiat madu hutan liar produk Suhada.

Rendra, kata Suhada, bahkan sempat berkunjung ke Bangka untuk mengetahui tentang madu ini sementara Slamet Rahradjo sempat membuat anekdot dan menjuluki nama madunya sebagai madu Suhada.
Konsultasi kesehatan
Pasangan ini juga menempuh strateg lain, yakni memberikan konsultasi kesehatan gratis tentang pengobatan penyakit dengan madu. Sebab, tutur Suhada, tiap jenis madu Suhada - Badariah ini memiliki ciri dan khasiat yang berbeda satu sama lain. Madu pahit Pelawan, misalnya, sangat dianjurkan bagi pekerja keras, penggemar olah raga, dan mereka yang menjalani diet. Berkhasiat utama sebagai penjaga stamina tubuh, jenis madu ini sangat tidak dianjurkan untuk ibu hamil.
Secara perlahan strategi pemasaran ini menuai hasil. Kini usaha madu langka ini sudah mulai dikenal di Jakarta. Suhada sering mendapatkan undangan untuk mengikuti berbagai pameran di Jakarta. Dia juga mulai muncul di media massa termasuk tampil di Stasiun RCTI dan TVRI untuk menjelaskan keunikan madu hutannya.
Bahkan Madu Liar Suhada-Badriah pernah tampil pada pameran produk makanan dan minuman di Asia Pasific Food Expo Singapura selama tiga hari pada 26 – 28 Februari 2010. Produknya dinilai sebagai salah satu produk makanan/minuman yang unik dari Indonesia.

Ketika melakukan perbincangan dengan Warta Kota, Kamis (30/9) dalam sebuah pameran ditemuai Suhada membuka peluang bagi masyarakat yang ingin menjalani usaha produk Madu Hutan Liar Suhada -Badariah.

http://www.wartakota.co.id/detil/berita/30927/Hasil-Pengembaraan-Liar-20-Tahun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar